Sabtu, 08 Juni 2013

pENDIDIKAN UNTUK ANAK PEMARAH

DIDIKAN ANAK PEMARAH


Anda sebagai orang tua pasti pernah mengalami pengalaman yang membuat emosi menghadapi tingkah laku anak-anak. Hal itu wajar-wajar saja tatkala pikiran kita pada saat itu kurang nyaman atau tidak mendukung. Bayangkan segala tingkah laku anak-anak terkadang kita tidak bisa habis pikir. Tapi jangan salah, sebagai orangtua tentu pantas mengetahui dan paham benar tipe kepribadian sang buah hati. Kepribadian itu berbeda-beda. Berikut dipaparkan beberapa tipe kepribadian anak. Bahkan antar saudara kandung pun juga bisa beda.
1. PEMARAH
Merupakan tantangan bagi orangtua, karena tipe pemarah agak sulit. Anak akan mengekspresikan apa saja yang tidak ia sukai atau ia tidak setujui dengan marah. Hal ini tentu harus dikendalikan, karena hampir semuanya diperlakukan dengan marah. Orangtua sebaiknya mengantisipasi apa saja yang bisa membuat ia marah. Saat anak marah lekaslah menengkannya. Anak pemarah biasanya kurang perhatian, oleh karena orangtua harus mulai memperhatikan anak lebih baik dan tulus.

2. PENDIAM

Sikap diam dan cenderung pasif akan membuat anak kehilangan banyak teman. Jangan biarkan anak berdiam lama, karena memungkinkan ia masuk dunia yang tak akan pernah dimengerti siapapun yang menjadikan sulit orangtua mengetahui siapa ia sebenarnya. Cara terbaik, selalu libatkan ia dalam kehangatan keluarga. Jika ia mulai diam, lakukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Lakukan hampir setiap ia akan diam, harapannya agar diam yang menjadi kebiasaannya hilang.

3. BERSAHABAT

Anak ini lebih unggul dari yang lain. Karena dengan sikap bersahabat, ia dengan sendiri dapat membuka pikiran dan bergaul baik dengan siapa saja. Pikiran sang anak selalu dalam keadaan positif. Ia mampu menyelami banyak permainan. Orangtua lebih baik menemani dan mendorong bakat alaminya dari belakang. Terapkan sikap waspada kepada anak yang bersahabat, karena tidak selalu ia dalam keadaan aman.

4. KERAS KEPALA

Ia memiliki pendapat sendiri dan tidak mau diatur. Selami ia lebih tenang, dengan lebih sabar karena anak keras kepala akan banyak memancing emosi. Lihatlah keinginan anak yang sebenarnya. Jika sudah tahu, jangan turuti keinginannya. Melainkan ajarkan sebuah usaha untuk meraihnya. Temani ia dengan sabar dan hindari pemaksaan. Ingat, anak keras kepala bisa menjadi manja dan tidak mandiri.

5. EGOIS 

Anak egois lebih memiliki ketakutan lebih dari pada yang normal. Ia menjadi tidak peduli pada teman karena takut apa yang dikerjakannya tidak sempurna. Ia juga takut disaingi. Sebaiknya mengajari untuk berbagi dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Mintalah anak untuk berbagi barang atau hadiah kepada adik atau kakaknya. Sambil memberitahu bahwa ia tidak akan kehilangan apapun jika berbagi.

6. PEMALAS

Anak yang sering dibantu dalam melakukan kegiatannya akan menjadi pemalas. Boleh membantu anak hanya pada awalnya. Biarkan anak menyelesaikan tugas yang ia miliki. Tuangkan waktu Anda untuk mendengar apa yang diinginkannya. Dari cerita sang anak Anda bisa tahu apa yang menyebabkannya malas dan segeralah bantu ia memperbaiki  itu. Anak malas jangan dimanja.

7. PERFEKSIONIS

Anak-anak tidak bisa menjadi perfeksionis jika bukan karena tuntutan lingkungannya termasuk orangtua. Anak yang dari awal dilatih untuk mengerjakan suatu hal dengan sempurna, jika salah sedikit dihukum. Sifat ini membahayakan dirinya yang masih anak-anak. Anak perfeksionis lebih tertekan secara psikologis dari pada anak biasa. Wajib bagi orangtua memberi penjelasan agar melakukan sesuatu tidak harus menjadi juara. Asal sudah berusaha maksimal itu sudah bagus.

8. SUKA NGAMBEK

Anak suka ngambek cenderung manja. Apa-apa yang ia ingin selalu dituruti. Lambat laun hanya akan menyusahkan saja. Orangtua baik akan menunda memenuhi keinginnanya. Mulailah memberi tekanan-tekanan kecil pada anak yang suka ngambek. Butuh kesabaran ekstra dari orangtua mengatasi anak suka ngambek ini. Jelasnya, jangan asal banyak menuruti anak.

9. PASIF

Anak pasif lebih lamban dan tidak banyak semangat terlihat pada dirinya. Lakukan pendekatan kekeluargaan. Libatkan secara aktif dalam kegiatan keluarga dan permainan yang seru. Buatkan jadwal rutinitas untuknya sehingga bisa memicu pikiran aktif. Selalu memberi dukungan dalam kegiatannya, meskipun sedikit.Sebagai orangtua tentu pantas mengetahui dan paham benar tipe kepribadian sang buah hati. Kepribadian itu berbeda-beda. Berikut dipaparkan beberapa tipe kepribadian anak. 
Tips Cara Mengukur Tingkat Kecerdasan Anak - Setiap orang tua pasti ingin mengetahui seberapa cerdas otak si anak karena potensi kecerdasan anak sebaiknya diketahui sejak dini. Tipe anak yang cerdas bahkan jenius memang idaman kita semua ya. Makanya banyak yang akses tips cara membuat anak pintar jenius. Mungkin perlu juga dibaca artikel tentang metode aktivasi otak tengah cara mengaktifkan otak tengah agar anak jenius.

Jika diberikan pilihan, ingin anak pintar atau cerdas, apa pilihan Anda? Praktisi pendidikan yang juga Ketua harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Prof DR H Arief Rachman, MPd menjelaskan arti cerdas sebagai kemampuan menjelaskan sesuatu yang rumit secara sederhana kepada orang lain.

Anak memiliki potensi kecerdasan yang dapat dipupuk orangtuanya dan juga guru di sekolah. Seperti dijelaskan Prof Arief dalam talkshow bertema "Cerdas Saja Tidak Cukup! Bekali Anak dengan Life Skill" disampaikan dalam konferensi parenting di Jakarta beberapa waktu lalu.

Prof Arief lebih lanjut memaparkan, kecerdasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan seperti:
* Menalar
* Merencanakan
* Memecahkan masalah
* Berpikir abstrak
* Memahami gagasan
* Menggunakan bahasa
* Belajar

"Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki individu," tambahnya.

Setiap anak memiliki potensi kecerdasan dalam dirinya. Potensi tersebut terbagi menjadi lima, yakni potensi spiritual, jasmani, perasaan, akal, dan sosial.

Semua potensi ini bisa dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak dengan bantuan orangtua dan guru. Caranya dengan merangsang seluruh indera anak, memberikan kebebasan untuk bergerak, memberikan kesempatan berbicara, bertanya, bercerita serta yang teramat penting adalah orang dewasa memberikan contoh yang baik.

Agar tumbuh dengan lima faktor kecerdasan tadi, anak juga perlu diberikan kesempatan bermain dan mengenali obyek nyata. Melalui permainan dan kegiatan menyenangkan, anak bisa belajar mengembangkan dirinya. Ajak anak mengenali benda dari mainan yang dimilikinya, beserta fungsinya. Selain itu anak juga membutuhkan teman dan ruangan untuk bermain. Bebaskan anak bermain dengan teman sebayanya, tugas orangtua adalah mengawasinya.

Pada usia tertentu, anak juga bisa diajarkan mengenal berbagai hal seputar lingkungannya secara langsung. Ajak anak menyaksikan bagaimana hewan bertelur dan beranak. Beritahu perbedaannya. Anak perlu melihat berbagai peristiwa nyata secara langsung.

Anda juga perlu memberikan keleluasaan saat anak sedang mengekplorasi dirinya. Biarkan anak mengamati sesuatu hal yang menarik baginya. Namun tak lantas menjadi bablas. Anak juga perlu dikontrol dan diajarkan kedisplinan dan nilai-nilai. Jika aktivitas anak sudah mulai melampaui batas waktu, inilah saatnya membatasi sekaligus melatih kedisiplinan waktu. Jika waktunya makan, permainan harus diakhiri. Ajarkan anak untuk mengerti aturan semacam ini.

Bagaimana mengukur kecerdasan anak (yang tercermin dalam perilaku atau karakter anak)? Simak lima potensi kecerdasan anak dan seperti apa pola perilakunya:

1. Potensi spiritual
- Anak mampu menghadirkan Tuhan atau keimanan dalam setiap aktivitas.
- Tumbuh kegemaran berbuat untuk Tuhannya.
- Disiplin beribadah.
- Sabar berupaya.
- Berterima kasih atau bersyukur atas pemberian Tuhan kepadanya.

2. Potensi akal
- Kemampuan berhitung
- Kemampuan verbal
- Kemampuan spasial
- Kemampuan membedakan
- Kemampuan membuat daftar prioritas

3. Potensi jasmani
- Sehat secara medis
- Tahan cuaca
- Tahan bekerja keras

4. Potensi perasaan
- Mengendalikan emosi
- Mengerti perasaan orang lain
- Senang bekerjasama
- Menunda kepuasan sesaat
- Berkepribadian stabil

5. Potensi sosial
- Senang berkomunikasi
- Senang menolong
- Senang berteman
- Senang membuat orang lain senang
- Senang bekerja sama

Jakarta, Jika anak sedang emosi atau marah biasanya dilampiaskan dengan cara membanting pintu, melempar sesuatu, menendang meja, mengacaukan segala hal dan berteriak-teriak penuh kemarahan.

Rasa marah bisa timbul akibat banyak sebab, termasuk yang terjadi pada anak-anak. Terkadang orangtua ikut kesal jika anak selalu bertindak marah-marah.

Bagaimana cara mengatasi anak yang suka marah?

Sebenarnya ada dua perasaan dasar yang menyebabkan anak-anak memiliki sifat pemarah. yaitu:
  1. Seorang anak memiliki kengintahuan dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu, tapi seringkali kemampuannya tidak sekuat keinginannya. Hal ini biasanya membuat ia kesal dan menuntunnya ke arah frustasi yang diungkapkan dengan marah-marah.
  2. Kemauan dan keinginannya untuk cepat menjadi besar. Biasanya anak-anak akan merasakan hal ini jika orangtua sudah melarang-larangnya dengan kata "tidak". Karena ia belum bisa menguasai emosinya secara logis, maka ia memilih mengekspresikannya ke luar melalui kemarahan.

Sifat anak yang pemarah bisa menjadi masalah bagi ibu dan anak. Karena itu orangtua perlu memaklumi sifat anaknya tersebut. Seperti dikutip dari The baby Book karangan William dan Martha Sears, Jumat (19/3/2010) ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredamkan amarah, yaitu:

1. Mempelajari hal yang menyebabkan anak marah. Ketahui dengan pasti hal apa yang dapat memicu kemarahannya, seperti lapar, bosan, suasana lingkungan yang tidak mendukung atau lainnya. Dengan mengetahui penyebabnya, maka orangtua dapat mencegah kemarahan anak.

2. Memberikan contoh sikap tenang padanya. Anak mempelajari sesuatu dari apa yang dilihat dan dengarnya, karena itu penting untuk mencontohkan sikap tenang didepannya. Jika lingkungan disekitarnya suka marah-marah, maka anak akan menganggap bahwa perilaku ini merupakan hal yang wajar.

3. Ketahui siapa yang sedang marah. Bila orangtua adalah orang yang mudah emosi, maka akan sangat mudah bagi anak untuk memancing kemarahan dan berakhir dengan lomba saling teriak tanpa ada penyelesaian. Karena itu perlu diketahui siapa yang marah agar kondisi tetap terkendali.

4. Usahakan untuk tetap tenang meskipun berada di tempat umum. Sebaiknya orangtua tidak menunjukkan kemarahannya pada anak di depan banyak orang, karena anak akan semakin menunjukkan rasa marahnya. Jadi cobalah untuk menggendong dan membawanya ke tempat yang lebih sepi.

5. Memeluk dan merangkulnya erat seperti pelukan gaya beruang. Sebagian besar anak yang kehilangan kontrol akan menjadi lebih tenang saat dipeluk. Pelukan ini tidak akan terlalu mengekangnya, namun tetap memberinya keamanan dan kenyamanan yang dibutuhkan saat sedang marah.

6. Menahan diri adalah terapi yang baik. Tunggulah sampai ia tenang sebelum memulai konseling atau mengatasi permasalahannya, karena jika ia masih marah-marah kemungkinan Anda akan terpancing untuk ikut marah.



Jun 25, '09 10:29 AM
untuk semuanya

Sekedar sharing dari googling.. minta maap banget kalo ada yg ngrasa itu artikelnya.. secara banyak yang aku copas sampe lupa sumbernya aku ambil dari mana.. info aja yah kalo ada yg kebratan.. TQ sebelumnya.. :))
Ini sekedar cuplikan2 pelajaran bwt handle anak yg keras sifatnya.. biar ortu jg bisa sedikit mengerti apa sih maunya.. Cuplikan tapi puanjaannngg deh.. hee..

Sifat2 negatif:

PEMARAH: Jangan membela/mengakui kebenaran sikap anak. Tapi gali penyebabnya. Kalau awalnya terlihat marah sekali, tenangkan. Bisa juga tinggalkan ia sendirian kalau ia memang tipe yang perlu privacy untuk menenangkan dirinya sendiri. Setelah reda, ajak anak bicara. Bagaimanapun anak harus belajar mengeskpresikan apa yang dirasakanya. Kalau didiamkan terus, bisa terakumulasi dan meledak. Orang tua mesti pandai “membaca” dan tahu apa saja yang membuat si anak marah, sebagai antisipasi.

KERAS KEPALA: Menghadapi anak ini, orang tua jangan mudah terpancing. Semakin orang tua terpancing, yang muncul justru perilaku ” temper tantrum”. Gampang tersinggung bila harapan/kemauan tidak terpenuhi.
Mudah frustasi saat menghadapi hal-hal diluar rutinitas atau kemauannya. Kemungkinan besar sejak kecil ia jadi sosok yang dinomorsatukan, tidak terasah kemampuanya berempati dan egosentris.
Beri contoh kongkret dan gali keinginannya/tuntutan anak mengapa ia bertahan dengan sikap/pendapat itu. Beri pula pengertian, apa yang boleh dan tidak serta bagaimana cara mendapatkanya. Ajak anak untuk bersikap realistis, sedikit demi sedikit singkirkan kalimat “pokoknya” dalam kehidupan anak. Jangan malah terbiasa mencap yang justru membuat anak mempersepsikan dirinya sesuai pembelaan orang tua, “oh, saya memang keras kepala”.

EGOIS: Ajarkan berbagi seperti membagi permen atau roti ke adik/kakak atau teman. Egois muncul karena anak takut pekerjaannya tidak selesai. Misalnya, lem terus dipegangi seakan miliknya, hingga teman lain terhambat sementara dia bisa selesai duluan.

PEMALAS: Sebetulnya tak ada anak pemalas. Bisa jadi bermula dari penempelan label oleh orang tua dan lingkungan pada anak. Anak yang selalu dibantu, terbiasa malas berinisiatif dan menyelesaikan tugasnya. Jadi ia malas karena orang tua/lingkungan mengkondisikan demikian.
Contohnya, dengan selalu main perintah kepada pembantu, bisa juga karena ia selalu dilarang tiap kali mau beraktifitas atau bereksplorasi, bahkan tak jarang malah dimarahi. So, anak jadi malas untuk bereksplorasi dan melakukan sesuatu.
Tipsnya, ketahui penyebabnya agar mudah diarahkan. Tekadkan untuk lebih introspeksi diri. Secara perlahan ubah kebiasaan buruk seperti bermalas-maalasan, selalu main perintah, dan selalu memberikan tanggapan negatif pada apa yang dilakukan anak.
Jangan manjakan anak secara berlebihan. Biasakanlah anak menyukai segala bentuk aktifitas kehidupan.

GAMPANG NGAMBEK: Jangan kabulkan apa yang sebelumnya kita larang hanya karena tak mau repot. Jika tidak, anak justru merasa perilakunya mendapat penguatan, sehingga ia akan menerapkannya dalam banyak hal. Dengan demikian harus ada tindakan antisipasif, caranya lakukan teguran secara bertahap dan hadapilah dengan sikap sabar.

PASIF: Anak ini terkesan serba lamban dan cenderung perlu banyak motivasi maupun dukungan dari lingkungan untuk bergerak, hingga relatif tergantung pada si pembujuk. Biasakan anak dalam rutinitas. Misalnya, harus bangun lebih pagi. Ingat, dia bukan pemalas atau bodoh, tapi semata-mata karena lelet.

Pemberontak/ penentang.
Anak yang bersikap menentang bisa digolongkan dalam 3 tipe.
Pertama, tipe penentang aktif. Mereka menjadi anak yang keras kepala, suka membantah dan membangkang apa saja kehendak orang tua. Mereka marah karena merasa tidak dihargai oleh orang tua. Untuk melawan jelas tak bisa, karena ia hanya seorang anak kecil. Maka ia pun berusaha menyakiti hati orang tuanya. Ia akan senang bila melihat orang tuanya jengkel dan marah karena ulahnya. Semakin bertambah emosi orang tua, semakin senanglah ia. 

Kedua, tipe penentang dengan cara halus
. Anak-anak ini jika diperintah memilih sikap diam, tapi tidak juga memenuhi perintah. Sebagaimana Abid yang disuruh mandi oleh ibunya, tapi tak juga mau beranjak dari tempatnya bermain. Saat ia ditinggalkan sendiri di kamar mandi pun, ia tidak segera mandi, malah bermain air atau kapal-kapalan.

Ketiga, tipe selalu terlambat. Anak seperti ini baru mengerjakan suatu perintah setelah terlebih dahulu melihat orang tuanya jengkel, marah, dan mengomel atau membentak-bentak karena kemalasannya. Misalnya Angga yang belum mau beranjak dari tempat tidurnya bila belum dibentak atau diomeli ibunya.

Pemarah, temperamental dan suka membentak. Anak sering meniru sikap orang tuanya. Bila orang tua suka marah atau 'main bentak' karena sebab-sebab sepele, maka anak pun bisa berbuat hal yang sama. Jangan heran bila anak yang diperlakukan demikian, akan berlaku seperti itu terhadap adiknya atau teman-temannya.

LALU BAGAIMANA CARA YANG BAIK MENANAMKAN KEPATUHAN DALAM DIRI ANAK?
Setelah jelas bila bentakan tidak efektif untuk menumbuhkan kepatuhan, bahkan berpengaruh negatif bagi kepribadian anak, lalu bagaimanakah cara yang baik untuk menumbuhkan kepatuhan?

Beri penjelasan pada anak
. Jelaskan pada anak dengan bahasa yang ia mengerti, mengapa suatu hal diperintahkan dan hal lain dilarang. Jangan sekali-sekali memberi keterangan dusta dalam hal ini.

Perintahkan sebatas kemampuannya.
 Perintah di luar kesanggupan dan kemampuan anak justru bisa menyebabkan krisis syaraf (neurotic) dan buruk perangai. Ada pepatah mengatakan, "Jika engkau ingin ditaati, maka perintahkanlah apa yang dapat dipenuhi." Sebaiknya perintah itu dibagi-bagi dan tuntutan pelaksanaannya pun bertahap. Untuk mengetahui sampai di mana batas kemampuan anak sesuai perkembangan usianya, diperlukan pengetahuan tersendiri. Sebaiknya orang tua memahami perkembangan anak ini.
Tidak berdusta atau menakut-nakuti. Kadang orang tua mengatakan akan membelikan ini atau itu jika anak mematuhi perintahnya, tapi ternyata setelah anak patuh, orang tua tidak menepati janjinya. Itu berarti orang tua berdusta, dan bisa jadi anak tidak akan percaya lagi pada orang tuanya. Kedustaan seperti ini harus dihindari. Selain itu, orang tua juga sering menakut-nakuti anak dengan sesuatu yang seharusnya berguna baginya. Itu dilakukan karena ingin anaknya segera memenuhi perintah mereka. Misalnya menakut-nakuti anak dengan dokter,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar